Ada banyak golongan dalam Islam. Keterbatasan pengetahuan saya hanya mampu menyebutkan beberapa karena saya mendapatkan cerita dan keterangan dari buku yang masih bisa dihitung jari dan hasil bertukan pikiran dengan beberapa kepala. Makanya saya agak jaga jarak dengan ustad “new comers” karena itu berarti saya harus menyaring apa yang beliau katakan sesuai dengan (keterbatasan) pengetahuan tentang Islam yang saya pelajari selama SD, SMP, SMA, kuliah, dan sampai sekarang. Saya menghargai perbedaan tentu saja, asalkan ajaran tauhidnya sama, sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan jangan ajak saya berdebat karena saya akan merasa tidak nyaman dan diam saja sambil merutuk dalam hati dan merenung.
Hari ini, saya tarawih di masjid terdekat dari kosan. Sebenernya udah Isya’an di kosan karna pasti ketinggalan kalo ikutan jama’ah. Pas nyampe masjid, eh ternyata pas bagian dengerin ceramah Pak Ustadz. Terus terang aja, kalo di musholla deket rumah di Malang, bagian ini adalah bagian yang selalu saya lewatkan karena ga suka ama gaya ceramahnya yang sungguh sangat menggurui sekali. Tapi Pak Ustadz ini beda. Pertama karena beliau menyebutkan “Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”. Wow. Sejak di sini, saya jarang ada orang menyebutkan kalimat dengan format tersebut. Saya jarang mendengar imam melafalkan wirid *kecuali di Masjid Agung Bandung”. Tapi Pak Ustadz ini beda. Langsung naiklah respek saya ke beliau 🙂 Tak hanya itu saja, Pak Ustadznya gaul! Dan lucu! Pemilihan kata di tiap kalimatnya pas sehingga menghasilkan rima yang enak didengar (bah, macam puisi saja ya). Meskipun saya sebal karena Pak Ustadz ini memakai Bahasa Sunda lebih banyak ketimbang Bahasa Indonesia. Miris tapi untung saya paham 70% yang beliau katakan, dari menebak arti sebelumnya dan memang beberapa kosakata sunda saya sudah ada di kepala 😀
Read the rest of this entry »